MAKALAH STUDI ISLAM INDONESIA
PENELITIAN
AGAMA DAN KEAGAMAAN (INDONESIA)
Dosen Pengampu Juli Dermawan, S.Pd.I., M.Pd.I.
Disusun Oleh :
Amalia Fiqia
Wandhini 63020160130
Yuli Atika Ningtyas 63020160131
Nisfika
Purwinaningrum 63020160135
INSTITUT AGAMA
ISLAM NEGERI SALATIGA
FAKULTAS
EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
JURUSAN EKONOMI
SYARIAH
2017
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan
kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun dengan baik sebagaimana yang kami harapkan. Shalawat
dan salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad saw yang telah memberi
petunjuk kepada umat manusia dimuka bumi dan menyempurnakan akhlak dan budi
pekerti yang mulia. Kami juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Penelitian Agama dan Keagamaan (Indonesia)”. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata
kuliah Studi Islam Indonesia.
Dalam penyusunan makalah ini kami banyak menemukan kesulitan, kami juga menyadari sepenuhnya bahwa masih
terdapat beberapa kekurangan. oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati
kami mengharapkan kritik dan saran khususnya dari dosen pengampu mata kuliah Studi Islam Indonesia yaitu Bapak Juli Dermawan, S.Pd.I., M.Pd.I. serta para pembaca yang sifatnya membangun guna
kesempurnaan makalah ini. Demikianlah kata pengantar yang dapat kami berikan
daripada makalah ini, semoga makalah yang telah kami susun ini dapat memberikan
manfaat.
Salatiga, 22 Oktober 2017
Pemakalah
DAFTAR ISI
Penelitian agama sudah
dilakukan sejak beberapa abad yang lalu,
namun hasil penelitian yang telah diperoleh masih dalam bentuk perbuatan belum dijadikan
sebagai ilmu. Semakin bertambahnya gejala-gejala agama yang berbau dengan
masalah sosial dan budaya, ternyata penelitian dapat dijadikan sebagai ilmu
yang khusus dipergunakan untuk menyelidiki gejala-gejala agama tersebut.
Perkembangan-perkembangan
penelitian agama pada saat ini sangat pesat disebabkan oleh tuntutan-tuntutan kehidupan sosial yang selalu mengalami perubahan.
Kajian dalam lingkup agama memerlukan
relevansi dari kehidupan sosial yang tengah
berlangsung, permasalahan-permasalahan seperti ini yang mendasari perkembangan
penelitian-penelitian agama guna
mencari relevansi kehidupan sosial dan agama.
Dalam penelitian agama diisi dengan penjelasan mengenai kedudukan
penelitian agama khususnya didalam konteks penelitian pada umumnya, mengenai
penelitian agama dan penelitian keagamaan serta
konstruksi teori penelitian keagamaan, dari beberapa penjelasan singkat
tersebut maka pemakalah perlu dikaji secara rinci
terhadap penjelasan tersebut.
1.
Apakah
pengertian penelitian agama?
2.
Bagaimanakah
perbedaan antara penelitian agama dan
penelitian keagamaan?
3.
Bagaimanakah konstruksi teori penelitian agama?
4.
Bagaimanakah bentuk model-model penelitian agama?
1.
Dapat mengetahui pengertian dari penelitian agama.
2.
Dapat mengetahui perbedaan antara penelitian agama
dan penelitian keagamaan.
3.
Dapat mengetahui konstruksi teori penelitian agama.
4.
Dapat mengetahui bentuk model-model penelitian agama.
2.1.ARTI PENELITIAN AGAMA
Penelitian (research) adalah upaya sistematis dan objektif
untuk mempelajari suatu masalah dan menemukan prinsip-prinsip umum. Selain itu,
penelitian juga berarti upaya pengumpulan informasi yang bertujuan untuk
menambah pengetahuan. Pengetahuan manusia tumbuh
dan berkembang berdasarkan kajian-kajian sehingga terdapat penemuan-penemuan,
sehingga ia siap merevisi pengetahuan-pengetahuan masa lalu melelui
penemuan-penemuan baru.
Penelitian dipandang sebagai kegiatan ilmiah karena menggunakan
metode keilmuan, yakni gabungan antara pendekatan rasional dan pendekatan
empiris. Pendekatan rasional memberikan kerangka pemikiran yang koheren dan
logis. Sedangkan pendekatan empiris merupakan kerangka pengujian dalam
memastikan kebenaran. Metode ilmiah adaah usaha untuk mencari jawaban entang
fakta-fakta dengan menggunakan kesangsian sistematis.
Kriteria metode ilmiah , sebagaimana dijelaskan Moh.Nazir adalah sebagai
berikut:
1. Berdasarkan fakta
2. Bebas dari prasangka
3. Menggunakan prinsip-prinsip analisis
4. Menggunakan hipotesis
5. Menggunakan ukuran objektif
6. Menggunakan teknik kuanttatif
Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam
metode ilmiah sebagai berikut:
1. Memilih dan mendefinisikan masalah
2. Survey terhadap data yang tesedia
3. Memformulasikan hipotesis
4. Membangun kerangka analisis serta alat-alat dalam menuji hipotesis
5. Mengumpulkan data primer
6. Mengolah, menganalisis, dan membuat interpretasi
7. Membuat generalisasi atau kesimpulan
8. Membuat laporan
Agama sebagai
objek penelitian sudah lama diperdebatkan. Harun Nasution menunjukkan pendapat
yang menyatakan bahwa agama, karena merupakan wahyu, tidak menjadi sasaran
penelitian ilmu sosial, dan kalaupun dapat dilakukan , harus menggunakan metode khusus yang berbeda dengan metode ilmu sosial. Dalam menjawab persoalan itu , Harun
Nasution membangun sebuah pertanyaan berikut: betulkan ajaran agama hanya
meupakan wahyu dari Tuhan?
Hal yang sama juga dijelaskan oleh Ahmad Syafi’i Mufid. Ahmad
Syafi’i Mufid menjelaskan bahwa agama sebagai objek penelitian pernah menjadi
bahan perdebatan, karena agama merupakan sesuatu yang transenden. Agamawan
cenderung berkeyakinan bahwa agama memiliki kebenaran mutlak sehingga tidak
perlu diteliti.
Sebagaimana sudah disingung diatas, agama mengandung dua kelompok
ajaran. Pertama , ajaran dasar yang diwahyukan Tuhan melalui para Rasul-Nya
kepada masyarakat manusia. Ajaran dasar yang demikian terdapatdalam kitab-kitab
suci. Ajaran-ajaran yang terdapat dalam kitab-kitab suci itu memerlukan
penjelasan tentang arti dan cara pelaksanaannya. Penjelasan-penjelasan tentang
arti dan cara pelaksanaannya. Penjelasan –penjelasan para pemuka atau pakar
agama membentuk ajaran agama kelompok kedua.
Para ilmuwan sendiri beranggapan bahwa agama juga merupakan objek
kajian atau penelitian, karena agama merupakan bagian dari kehidupan sosial
kultural. Jadi, penelitian agama bukanlah meneliti hakikat agama dalam arti
wahyu, melainkan meneliti manusia yang menghayati, meyakini, dan memperoleh
pengaruh dari Agama. Dengan kata lain, penelitian Agama bukan meneliti
kebenaran teologi atau filosofi tetapi bagaimana agama itu ada dalam kebudayaan
dan sistem sosial berdasarkan fakta atau realitas sosial-kultural. Jadi, kata
Ahmad Syafi’i Mufid, kita tidak mempertentangkan antara penelitian Agama dengan
penelitian sosial terhadap agama. Dengan demikian kedudukan penelitian Agama
adalah sejajar dengan penelitian-penelitian lainnya, yang membedakannya
hanyalah objek kajian yang ditelitinya.
Banyak pendapat yang bermunculan menengenai hal tersebut, bahkan
para ilmuan juga mengutaran pendapatnya. Untuk mempermudah pemahaman kita dapat
menggunakan peta penelitian agama seperti gambar bagan dibawah ini.
2.2.PENELITIAN AGAMA DAN KEAGAMAAN
Menurut M. Atho Mudzhar, beliau menginformasikan bahwa sampai
sekarang istilah penelitian agama dengan penelitian keagamaan belum diberi
batasan yang tegas. Penggunaan istilah yang pertama (penelitian agama) sering
juga dimaksudkan mencakup pengertian istilah yang kedua (penelitian keagamaan),
dan begitu sebaliknya. Salah satu contoh yang diungkapkan oleh M. Atho Mudzhar
adalah pernyataan A. Mukti Ali yang ketika membuka program pelatihan Penelitian
Agama (PLPA) menggunakan kedua istilah tersebut dengan arti yang sama.
Selanjunya , Atho Mudzhar mengutip pendapat Middleton, guru besar
antroplogi di New York University berpendapat, penelitian agama berbeda dengan
penelitian keagamaan. Penelitian agama lebih menekankan pada materi agama
sehingga sasaran pada tiga elemen pokok yaitu: ritus, mitos dan magik.
Penelitan keagamaan lebih menekankan pada agama sebagai sistem atau sistem
keagamaan (religious system). Sedangkan sasaran penelitian agama adalah agama
sebagai doktrin sedangkan sasaran penelitian keagamaan adalah agama sebagai
gejala sosial. Sampai disini lalu terlihat bahwa batasan pengertian yang ditawarkan
Mukti Ali, penelitian agama sebagai penelitian tentang hubungan timbal balik
antara agama dan masyarakat, terlihat berat sebelah. Sebab definisi justru baru
mewakili arti penelitian keagamaan yang lebih bersifat sosiologis dan belum
mencerminkan arti penelitian agama yang lebih bersifat penelitian budaya.
Untuk penelitian agama yang sasarannya adalah agama sebagai
doktrin, pintu pengembangan metodologi penelitian tersendiri sudah terbuka,
bahkan sudah pernah dirintis. Adanya ilmu ushul fikih sebagai metode untuk
mengistinbatkan hukum dalam agama islam, dan ilmu mustalah hadis sebagai metode
untuk menilai akurasi dan kekuatan sabda nabi Muhammad SAW merupakan bukti
adanya keinginan untuk mengembangkan metodologi penelitian sendiri, meskipun
masih ada perdebatan dikalangan para ahli tentang setuju dan tidaknya terhadap
materi kedua ilmu tersebut.
Untuk penelitian keagamaan yang sasarannya adalah agama sebagai
gejala sosial, tidak perlulah membuat metodologi penelitian tersendiri.
Penelitian ini cukup meminjam metodologi penelitian sosial yang telah ada.
Memang kemungkinan lahirnya suatu ilmu tidak pernah tertutup, tetapi tujuan
peniadaannya adalah agar sesuatu ilmu jangan dibuat secara artifisial karena
semangat yang berlebihan.
Dalam pandangan Juhaya S Praja, penelitian agama adalah penelitian
tentang asal-usul Agama, dan pemikiran serta pemahaman penganut ajaran agama
tersebut terhadap ajaran yang terkandung didalamnya. Dengan demikian, jelas
juhaya, terdapat dua bidang penelitian agama, yaitu sebagai berikut:
1.
Penelitian
tentang sumber ajaran agama yang telah melahirkan disiplin ilmu tafsir dan ilmu
hadis.
2.
Pemikiran
dan pemahaman terhadap ajaran yang terkandung dalam sumber ajaran agama itu,
yakni ushu al-fiqh yang merupakan metodelogi ilmu agama. Penelitian dalam
bidang ini telah melahirkan filsafat Islam, ilmu kalam , tasawuf, dan fiqih.
Sedangkan penelitian tentang hidup keagamaan adalah penelitian
tentang praktik-praktik ajaran agama yang dilakukan oleh manusia secara
individual dan kolektif. Berdasarkan batasan tersebut, penelitian hidup
keagamaan meliputi hal-hal berikut:
1.
Perilaku
individu dan hubungannnya dengan masyarakatnya yang didasarkan atas Agama yang
dianutnya.
2.
Perilaku
masyarakat atau suatu komunitas, baik perilaku politik, budaya maupun yang
lainnya yang mendefinisikan dirinya sebagai penganut suatu agama.
3.
Ajaran
Agama yang membentuk pranata sosial, corak perilaku, dan budaya masyarakat
beragama.
Berkenaan dengan metode penelitian yang diperlukan Ahmad Syafi’i Mufid
menjelaskan sebagai berikut. Apabila penelitian agama berkenaan dengan
pemikiran atau gagasan maka metode-metode , seperti filsafat, fisiologi adalah
pilian yang tepat. Apabila penelitian agama berkaitan tentang sikap perilaku agama, maka metode ilmu-ilmu
sosial, seperti sosiologi, antroplogi, dan psikologi merupakan metode yang
paling tepat digunakan. Sedangkan untuk penilitian yang berkenaan dengan
benda-benda keagamaan, meode arkeologi atau metode –metode ilmu natural yan
relevan , tepat digunakan.
Berasarkan metode tersebut , maka metode penelitian yang kita gunakan dalam satu kegiatan
penelitian tidak mesti membangun metode baru, tetapi cukup meminjam,
melanjutkan atau mengembangkan metodelogi yang sudah dibangun oleh para ahli
sebelumnya.
2.3.KONTRUKSI TEORI PENELITAN KEAGAMAAN
A.
Pengertian Konstruksi Teori Penelitian Agama
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, W.J.S. Poerwadarminta
Mengartikan konstruksi adalah cara membuat (menyusun) bangunan – bangunan
(jembatan dan sebagainya) dan dapat pula berarti susunan dan hubungan kata di
kalimat atau di kelompok kata. Sedangkan teori berarti pendapat yang
dikemukakan sebagai suatu keterangan mengenai suatu peristiwa (kejadian) dan
berarti pula asas-asas dan hukum-hukum umum yang dasar suatu kesenian atau ilmu
pengetahuan. Selain itu, teori dapat pula berarti pendapat, cara-cara, dan
aturan-aturan untuk melakukan sesuatu. Teori-teori yang digunakan dalam
penelitian adalah sebagai berikut:
1.
Teori
perubahan sosial
2.
Teori
struktural-fungsional
3.
Teori
antropologi dan sosiologi Agama
4.
Teori
budaya dan tafsir budaya simbolik
5.
Teori
pertukaran sosial
6.
Teori
sikap
Dengan
demikian , penelitian di atas meminjam teori-teori yang dibangun dalam
ilmu-ilmu sosial. Ia disebut penelitian keagamaan (religius research) dalam pandangan
Midletton atau penelitian hidup agama dalam pandangan Juhaya S. Praja , karena
objeknya adalah perilaku Tarekat Tijaniah.
Dapat kita simpulkan, bahwa yang dimaksud dengan telaah “konstruksi
teori” penelitian agama adalah suatu upaya memeriksa, mempelajari, mengamalkan,
dan memahami secara saksama susunan atau bangunan dasar-dasar aau hukum-hukum
dan ketenuan lainnya yang diperlukan untuk melakukan penelitian terhadap bentuk
pelaksanaan ajaran agama sebagai dasar pertimbangan untuk mengembangkan
pemahaman ajaran agama sesuai tuntutan zaman.
Sederhananya, yang dimaksud dengan penelitian agama adalah
pendekatan ilmiah yang diterapkan untuk menyelidiki masalah-masalah agama.
Upaya ini dilakukan untuk mendapatkan informasi yang berguna dan dapat
dipertanggungjawabkan mengenai berbagai masalah agama dari segi bentuk
pelaksanaannya.
B.
Macam-macam Penelitian
Seseorang yang akan menyusun konstruksi teori penelitian terlebih
dahulu perlu mengetahui bentuk dari macam-macam penelitian, karena perbedaan
bentuk atau macam penelitian yang dilakukan akan mempengaruhi bentuk konstruksi
eori penelitian yang dilakukan, termasuk pula penelitian agama. Berbagai macam
penelitian yang didasarkan pada segi metode dan rancangannya ini dapat
dikemukakan sebagai berikut:
1.
Penelitian
Historis (Historical Research)
Tujuan penelitian historis adalah untuk membuat rekonstruksi masa
lampau secara sistematis dan objektif, dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi,
memferifikasi serta mensistematisasikan bukti-bukti untuk menegakkan fakta dan
memperoleh kesimpulan yang kuat. Ciri-ciri penelitian ini antara lain:
§ Bergantung pada daya yang diobservasi orang lain daripada yang
diobservasi oleh peneliti sendiri.
§ Harus tertib, ketat, sistematik dan tuntas, dan bukan sekedar
mengkoleksi informasi-informasi yang tak layak, tak reliable dan berat sebelah.
§ Bergantung pada data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh dari peneliti secara langsung menyaksikan kejadian-kejadian yang
dituliskan. Data sekunder diperoleh dari peneliti melaporkan hasil observasi
orang lain yang satu kali atau lebih telah lepas dari kejadian aslinya.
2.
Penelitian
Kasus dan Penelitin Lapangan
Tujuan penelitian kasus dan penelitian lapangan adalah untuk
mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan sekarang dan
interaksi lingkungan suatu unit sosial. Ciri-ciri penelitian ini antara lain:
§ Penelitian kasus adalah penelitian mendalam mengenai unit sosial
tertentu yang hasilnya merupakan gambaran yang lengkap dan terorganisasi dengan
baik mengenai unit tersebut.
§ Studi kasus cenderung untuk meneliti jumlah unit yang kecil, tetapi
mengenai variable-variabel dan kondisi-kondisi yang besar jumlahnya.
3.
Penelitian
Korelasional (Correlation Research)
Tujuan penelitian korelasional adalah untuk mendeteksi sejauh mana
variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan dengan variasi-variasi ada satu
atau lebih faktor lainberdasarkan koefisiensi korelasi. Ciri-ciri penelitian
ini antara lain:
§ Cocok dilakukan bila variable-variabel yang diteliti rumit dan/atau
tidak dapat diteliti dengan metode eksperimental atau tak dapat dimanipulasikan
§ Studi semacam ini memungkinkan pengukuran beberapa variable dan
saling hubungannya secara serentak dalam keadaan relastiknya.
4.
Penelitian
Kausal-Komparatif (Causal Comparative Research)
Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki kemungkinan hubungan
sebab akibat dengan cara berdasar atas pengamatan terhada akibat yang ada
mencari kembali faktor yang mungkin menjadi penyebab melalui data tertentu.
Ciri dari penilitian ini antara lain bahwa data dikumpulkan setelah
semua kejadian yang dipersoalkan berlangsung (lewat masanya) peneliti mengambil
satu atau lebih akibat (sebagai dependen variabel) dan menguji data itu dengan
menelusuri kembali ke masa lampau untuk mencari sebab-sebab saling hubungan dan
maknanya.
5.
Penelitian
Eksperimental Sungguhan
Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki kemungkinan hubungan
sebab akibat dengan cara mengenakan kepada satu atau lebih kelompok
eksperimental dan memperbandingan hasilnya dengan satu atau lebih kelompok yang
tidak dikenal kondisi perlakuan. Ciri khas penelitian ini antara lain:
§ Menurut pengaturan variabel-variabel dan kondisi-kondisi
eksperimental secara tertib ketat.
§ Menggunakan kelompok kontrol sebagai garis dasar untuk
membandingkan dengan kelompok-kelompok yang dikenai perlakuan eksperimental.
6.
Penelitian
Tindakan (Action Research)
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan
keterampilan-keterampilan baru atau cara pendekatan baru dan untuk memecahkan
masalah dengan penerapan langsung di dunia kerja atau dunia actual yang lain. Ciri
penelitian ini antara lain praktis dan langsung relevan untuk situasi actual
dalam dunia kerja, serta fleksibel dan adaptif.
7.
Penelitian
Survei
Penelitian survei dapat digunakan untuk tujuh tujuan, yaitu untuk
penjajakan (eksploratif), menggambarkan (deskriptif), penjelasan (eksplanatory)
atau penegasan (comformatory), keperluan penilaian (evaluasi), prediksi,
landasan bagi penelitian yang lebih bersifat operasional, upaya-upaya untuk
mengembangkan indicator-indikator sosial.
8.
Grounded
Research
Penelitian ini hakikatnya merupakan upaya mengkritik terhadap
keterikatan para peneliti yang berlebihan terhadap teori-teori yang sangat umum
dari tokoh-tokoh besar seperti Weber, Prsons, Veblen, Cooley. Penelitian ini
tidak dimulai dari teori atau hipotesis.
C.
Langkah-langkah Pokok Penyusunan Draft Penelitian dan Pengkajian
Islam
Suatu rencana penelitian dapat dibagi dalam delapan langkah sebagai
berikut: (1) Pemilihan persoalan; (2) Penentuan ruang lingkup penelitian; (3)
Pemeriksaan tulisan-tulisan yang bersangkutan; (4) Perumusan Kerangka Teoretis;
(5) Penentuan Konsep-konsep; (6) Perumusan hipotesis-hipotesis; (7) Pemilihan
metode pelaksanaan penelitian: (8) Perencanaan sampling. Ada setidaknya lima
unsur yang harus ada dalam penelitian agama, yakni:
1)
Latar
belakang masalah, memuat pemikiran atau alasan yang jelas mengenai mengapa
penelitian itu dilakukan.
2)
Studi
kepustakaan, dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang hubungan topic
penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian sejenis yang pernah dilakukan
oleh para peneliti sebelumnya.
3)
Landasan
teori dan hipotesis, berguna untuk menjelaskan, menginterpretasi dan memahami
suatu gejala atau fenomena yang dijumpai dari hasil penelitian.
4)
Metodologi
penelitian, untuk mengetahui cara bagaimana mengumpulkan data, bagaimana cara
mengolah data-data tersebut, bagaimana cara mendeskripkikannya, menganalisanya,
dan menyumpulkannya.
5)
Kerangka
analisis, untuk mengolah data-data yang telah terkumpil. Pertama melakukan
seleksi, kemudian diatur dalam tabel, matrik, atau sebagainyan untuk
mempermudah pengolahan selanjutnya.
D.
Pendekatan yang Digunakan
Pendekatan dapat diartikan sebagai suatu cara pandang yang
digunakan untuk menjelaskan suatu data ang dihasilkan dalam penelitian.
Pendekatan kawasan (regional) digunakan untuk menjelaskan hasil
penelitia tentang suatu masalah menurut wilayah di mana masalah itu terjadi.
Pendekatan perbandingan (Comparative Aproach) yaitu mengkaji bidang keilmuan
dengan cara membandingkan berbagai pendapat atau aliran yang ada dalam ilmu
tersebut. Pendekatan topical-tematik yaitu mengkaji suatu masalah dalam satu
bidang ilmu pengetahuan dengan cara mengelompokkannya dalam topik-topik
tertentu atau tema-tea yang terdapat pada masing-masing disiplin keilmuan.
Ada pula pendekatan dalam perspektif lain, yaitu pendekatan
rasional, emosionl, dan praktis. Pendekatan rasional digunakan untuk membangun
pemahaman, wawasan, pemikiran (kognitif) dari suatu bidang pengetahuan yang
diajarkan. Pendekatan emosional digunakan untuk membangun penghayatan
(afektif), sikap dan kepribadian yang dihasilkan dari pengetahuan yang
dipelajarinya. Pendekata praktis digunakan untuk membangun keterampilan dan
kemampuan melaksanakan atau mempraktikkan dari suatu pengetahuan yang
dipelajarinya.
Istilah pendekatan juga sering bersinggungan dengan istilah
perspektif, paradigma, dan sudut pandang.berbagai disiplin ilmu seperti
sosiologi, sejarah, filsafat, kebudayaan, antropologi, hukum, politik, dan
sebagainya sering pula digunakan sebagai pendekatan.
2.4.MODEL-MODEL PENELITIAN KEAGAMAAN
Adapun model penelitian yang ditampilkan di sini disesuaikan dengan
perbedaan antara penelitian agama dan penelitian keagamaan. Akan tetapi, disini
dikutip karya Djamari mengenai metode sosiologi dalam kajian Agama, yang secara
tidak langsung memperlihatkan model-model penelitian Agama melalui pendekatan
sosiologis. Djamari, dosen pascasarjana IKIP Bandung, menjelaskan bahwa kajian
sosiologi agama menggunakan metode ilmiah sebagai berikut:
1.
Analisis
Sejarah
Dalam hal ini, sejarah hanya sebagai metode analisis atas dasar
pemikiran bahwa sejarah dapat menyajikan gambaran tentang unsur-unsur yang
mendukung timbulnya suatu lembaga. Pendekatan sejarah bertujuan untuk menemukan
inti karakter Agama dengan meneliti sumber klasik sebelum dicampuri yang lain.
2.
Analisis
Lintas Budaya
Dengan membandingkan pola-pola sosial keagamaan di beberapa daerah
kebudayaan, sosiolog dapat memperoleh gambaran tentang korelasi unsur budaya
tertentu atau kondisi sosiokultural secara umum.
3.
Eksperimen
Penelitian yang menggunakan eksperimen agak sulit dilakukan dalam
penelitian Agama.Namun, dalam beberapa hal, eksperimen dapat dilakukan dalam
penelitian Agama, misalnya untuk mengevaluasi perbedaan hasil belajar dari
beberapa model pendidikan Agama.
4.
Observasi
Partisipatif
Dengan partisipasi dalam kelompok, peneliti dapat mengobservasi
perilaku orang-orang dalam konteks religius. Orang yang diobservasi boleh
mengetahui bahwa dirinya sedang diobservasi atau secara diam-diam. Diantara
kelebihan penelitian adalah memungkinkannya pengamatan simbolik antar anggota
kelompok secara mendalam. Adapun salah satu kelemahannya adalah terbatasnya
data pada kemampuan observer.
5.
Riset
Survey dan Analisis Statistik
Penelitian survey dilakukan dengan penyusunan kuesioner, interview
dengan sampel dari suatu populasi. Sampel dapat berupa organisasi keagamaan
atau penduduk suatu kota atau desa.
6.
Analisis
Isi
Dengan metode ini, peneliti mencoba mencarai keterangan dari
tema-tema Agama, baik berupa tulisan, buku-buku khotbah, doktrin maupun
deklarasi teks.
Penelitian agama berarti
menempatkan agama sebagai objek
penelitian. Perbedaan antara penelitian agama
dan keagamaan terletak pada objek
penelitiannya. Dimana yan dimaksuddisini adalah bahwa penelitian
agama mengkaji agama sebagai
doktrin sedangkan penelitian keagamaan objek penelitian yang dikaji adalah agama
sebagai gejala sosial.
Adapun teori yang ada di dalam konstruksi penelitian keagamaan
diantaranya yaitu teori perubahan sosial, teori struktural-fungsional, teori
antropologi dan sosiologi agama, teori budaya dan tafsir budaya simbolik, teori
pertukaran sosial, teori sikap. Dan model-model pada penelitian keagamaan diantaranya adalah analisis
sejarah, analisis lintas budaya, eksperimen, observasi partisipatif,
riset survey dan analisis statistik,
analisis isi.
DAFTAR PUSTAKA
Abd, Atang Hakim, dan Jaih
Mubarok.2010.METODOLOGI STUDI ISLAM. Bandug : PT Remaja Rosdakarya
Offset.
Nata, Abuddin. 2010. “METODOLOGI STUDI ISLAM”.
Jakarta : Rajawali Pers.
Abd, Atang Hakim, dan Jaih
Mubarok,METODOLOGI STUDI ISLAM, PT Remaja Rosdakarya Offset , Bandung, 2010, hlm. 55-58.
Nata, Abuddin, METODOLOGI STUDI ISLAM,
Rajawali Pers , Jakarta , 2010, hlm
165-190.